Burns (1978) telah membagi bahasan tentang kepemimpinan berdasarkan gaya kepemimpinannya ke dalam 2 katagori, yaitu kepemimpinan transformasionl (transformational leadership) dan kepemimpinan transaksional (transactional leadership). Kepemimpinan trasformasional merupakan kepemimpinan yang kharismatik, kepemimpianan menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para karyawan untuk berprestasi melampaui harapan. Kepemimpinan transformasional terbagi ke dalam 4 dimensi yaitu: idealized influence, intellectual stimulation, inspirational motivation dan individual consideration(Bass dan Avolio, 1994)
Keller (1992) mengemukakan bahwa Kepemimpinan Transformational adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki Maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri. Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Locke, 1997).
 |
| https://unsplash.com/search/photos/leader |
Leithwood, dkk (1999) mengemukakan bahwa Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi institusi atau organisasi tertentu.[1]
Burns (1978) dalam Timothy (2011) mendefinisaikan bahwa Kepemimpinan Transformasional sebagai suatu proses di mana satu orang atau lebih, terlibat dengan orang lain sedemikian rupa, dimana pemimpin dan pengikut satu sama lain saling meningkatkan tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi. Pernyataan tersebut memberi gambaran bahwa Kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang mana dengan gaya kepemimpinan tersebut, akan ada upaya dan arahan dari pemimpin untuk membangkitkan semangat dan memotivasi SDM. Sehingga SDM akan mampu menjalankan tugasnya dengan hasil yang maksimal, bahkan melebihi perkiraan yang ditetapkan atau diharapkan oleh pimpinannya.
Dari berbagai definisi terkait Kepemimpinan Trasformasional tersebut diatas, bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan suatu gaya kepemimpinan yang dalam proses nya menekankan pada aspek kebutuhan tertinggi Manusia akan kebutuhan aktualisasi nilai nilai yang diyakini nya. Dengan upaya proses pengkomunikasian Visi Misi secara intensif dari pimpinan kepada bawahan sebagai suatu nilai yang layak untuk diwujudkan dalam tujuan bersama melalui peran kolektif didalam Organisasi. Sehingga SDM semangat dan termotifasi dalam pelaksanaan tugas organisasi dan menjadikannya sebagai suatu tanggung jawab moril yang harus dilaksanakan atas dasar kesadaran akan kebutuhan tercapainya tujuan organisais sebagai suatu nilai-nilai yang diyakini nya.
[1]Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar ( Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran), hal.53