Sudah hidup di dunia selama seper empat abad,,
Hmm rasanya campur aduk, antara rasa takut, senang, sedih,
kecewa, dan entahlah, ada sebuah perasaan yang aku sendiri gak tau namanya, tak
terdefinisi. Banyak hal yang sudah dilalui, banyak dinamika perasaan yang
datang dan pergi, sudah banyak keputusan yang di ambil. Ada yang disesali, ada
yang di syukuri. Sudah banyak orang yang memberi warna pada perjalanan hidup, terlepas
warna yang kelabu atau warna terang, semuanya membuat perjalanan hidupku
semakin berharga. Tangis, tawa, bahkan lamunan, semuanya sangat berharga,, Aku sangat bersyukur atas apa yang tuhan
berikan pada hidupku sampai saat ini. Seolah Kata Hamdallah tidak akan pernah
cukup utk mengungkap kan rasa syukurku. Yap,
rasa syukur memang bukan hanya utk di uangkapkan. Seseorang yang sudah
mengatakan Hamdallah, tidak selalu bisa di katakan sbg orang yang bersyukur,
ada indikator Prilaku sebagai ukuran orang yang Bersyukur. Yah something like that lah..
¼ abad ternyata bukan waktu yang singkat. Dalam rentan umur
tersebut ternyata sudah banyak fase kehidupan yang aku lewati, dan ada fase
dimana aku menentukan jalan hidupku. Menentukan apa tujuan hidup yang akan aku
tuju. Masa remaja, yah suatu masa yang sampai saat ini sulit untuk di lupakan,
didalamnya begitu banyak cerita, penuh dengan dinamika rasa, dan penuh dengan
dinamika dialektika pikiran. Sampai ku teguhkan jalan hidupku, tanpa ragu
sedikitpun.
Sebuah masa yang sudah lampau, yang gak ingin ku lupakan. Dan
kini masa itu sudah jadi memory, yang bisa ku putar kapan saja, terkadang
banyak adegan yang terputus. Sebuah masa dimana semangat itu begitu membara,
dimana keyakinan itu begitu teguh. Optimisme yang begitu kuat. dan sampailah
dimana merasa aku ada pada posisi yang (Paling) benar. Masa dimana aku ingin
menunjukan eksistensi ku di dunia, masa dimana aku ingin menjadi ‘sesuatu’ dengan
yang bernilai.
Merasa paling benar
Semangat menggelora
Energi yg kuat untuk menembus
batas-batas diri
Bermimpi setinggi tingginya,
masalah kapasitas nomer sekian
Nekad, seolah tak ada yang aku
takuti
Semua yg ku punya bisa
kupertaruhkan demi sebuah tujuan yg aku yakini
Sampai pada tiba saatnya, aku
menemukan bahwa aku tidak selalu benar, aku menemukan aku lelah dan semangat ini
tidak selalu menggelora, aku menyadari bahwa aku memiliki batas dan energiku
tidak selalu kuat untuk menembus batas2 itu, aku sadar aku punya kapasitas yang
tidak semua mimpi bisa aku raih. Ada banyak realitas yang ternyata sangat
menakutkan, yang gak hanya bisa di hadapi dengan sekedar nekad. Tidak selalu yg
aku miliki bs aku pertaruhkan, kadang ada diantaranya harus aku pertahankan utk alasan2
tertentu.
Hey,, ternyata kamu sudah masuk
pada fase hidup yang berbeda, dimana semua yg kamu lakukan harus kamu ukur
dengan realistis. Hah, apakah ini bentuk pembatasan diri. Bisakah aku merasakan
lagi semangat menggelora yang pernah aku miliki dulu. ?
Apa sih masa remaja itu, masa yg begitu
banyak menyimpan misteri, dia memiliki sumber energi yang seolah terus ngalir
gak ada habisnya,, dari mana energi itu bersumber..?
rasanya, perubahan fase tidak lantas merubah debit energi yang mengalir, yang berubah adalah kebutuhanmu, kini tidak lagi bergantung pada orang tuamu, kamu urusi sendiri hidupmu, dan ternyata itu bukan perkara yang mudah. kamu harus persiapkan masa dewasa mu, dimana nanti akan ada yang bergantung padamu dan menjadi tanggung jawabmu, yang kamu harus persiapkan itu sebagai bentuk tanggungjawabmu. akan ada masa dimana energimu akan berkurang sepeti kurva yang menurun sampai akhirnya berhenti, dimana posisi titik puncak itu yang harus kamu manfaatkan untuk 'berbuat' menghasilkan sesuatu semaksimal dan seoptimal mungkin utk menjalankan misi mu.
yang menjadi pertanyaan, kapan titik puncak itu, dan bagaimana memanfaatnkannya,, apakah seperempat abad ini menjadi titik puncak yg dimaksud? Yang jelas, perjalanan hidup sampai detik ini, memberikanku pelajaran untuk menjadi orang yang:
jangan jadi keledai memikul kitab
jangan mengikuti sesuatu yg kamu tidak memiliki pengetahuan atasnya,,
tetap membuka diri, tanpa melepas prinsip keyakinan yg kau bangun dengan rasional.
to be continue...
rasanya, perubahan fase tidak lantas merubah debit energi yang mengalir, yang berubah adalah kebutuhanmu, kini tidak lagi bergantung pada orang tuamu, kamu urusi sendiri hidupmu, dan ternyata itu bukan perkara yang mudah. kamu harus persiapkan masa dewasa mu, dimana nanti akan ada yang bergantung padamu dan menjadi tanggung jawabmu, yang kamu harus persiapkan itu sebagai bentuk tanggungjawabmu. akan ada masa dimana energimu akan berkurang sepeti kurva yang menurun sampai akhirnya berhenti, dimana posisi titik puncak itu yang harus kamu manfaatkan untuk 'berbuat' menghasilkan sesuatu semaksimal dan seoptimal mungkin utk menjalankan misi mu.
yang menjadi pertanyaan, kapan titik puncak itu, dan bagaimana memanfaatnkannya,, apakah seperempat abad ini menjadi titik puncak yg dimaksud? Yang jelas, perjalanan hidup sampai detik ini, memberikanku pelajaran untuk menjadi orang yang:
- Merasa paling benar, ya ini harus, namun tetap terbuka dengan perbedaan dan perubahan, karena dunia tidak sesempit yang dipikirkan,, dan kamu tidak selalu benar. maka untuk benar, kamu harus tau bhwa km pernah dan punya salah
- Semangat menggelora, ya ini harus, namun tetap harus tau kapan saatnya mengerem, untuk mengevaluasi dan mengupdate apa apa yang tengah di perjuangkan ,, dan kemana arah dari semangat yg terus kau gelorakan. jalan tidak selal mulus, kadang ada persmpangan yg menuntutmu berhenti dan sejenak memikirkan persimpangan mana yang harus dipilih,,
- memiliki Energi yg kuat untuk menembus batas-batas diri, ya ini harus, namun harus kamu sadari bahwa kamu punya batas dan kapasitas yg harus kamu ketahui, sebagai ukuran kesuksesanmu,, dan titik tolak pengembangan dirimu
- Bermimpi setinggi tingginya, masalah kapasitas nomer sekian, yang juga tetap harus di perhitungkan sebagai pijakan strategi dan bagaimana caramu dalam mencapai impianmu.. tidak hanya mimpi yg tinggi, tapi kamu juga harus tau bagaimana jalannya, dan menetapkan jalan yang sesuai dengan kapasitasmu, karena tidak ada jalan yang tidak bersyarat
- Nekad, seolah tak ada yang aku takuti,, namun harus tetap kamu sadari apa yg kamu mencadi ancaman dlm hidupmu, yg itu perlu kamu takuti, agar kamu memperisapkan diri utk menghadapinya,,
- Semua yg ku punya bisa kupertaruhkan demi sebuah tujuan yg aku yakini, dan terus akan begitu. yg berbeda adalah,, harus terus kuuji keyakinanku, jangan sampai kamu sendiri tidak paham dengan apa yang kamu yakini. jangan kau pertaruhkan apa yg kau miliki pada keyakinan yang kau sendiri buta terhadapnya
jangan jadi keledai memikul kitab
jangan mengikuti sesuatu yg kamu tidak memiliki pengetahuan atasnya,,
tetap membuka diri, tanpa melepas prinsip keyakinan yg kau bangun dengan rasional.
to be continue...