![]() |
| sumber : www.ardhimorsse.wordpress.com |
Teringat
kembali beberapa tahun lalu saya Nonton sebuah video pidato kelulusan
di Youtube. Dengan sumber yang tidak diketahui. Yang jelas bahasa pidato
yang terdengar berbahasa inggris. Berhubung beberapa bulan lagi (insya
alloh kalo lancar) saya juga akan dinyatakan lulus. artinya setelah
lulus saya akan kerja. yah betul kerja, meniti karir dan saatnya
menghadapi medan nyata untuk membuktikan hasil dari 4 tahun perjuangan
belajar dan ngampus.
Isi
pidato Ini memberikan tamparan tertentu bagi saya, Entah kenapa ngeri
rasanya saya mendengar Isi Pidato yang disampaikan oleh (nampaknya)
salah satu mahasiswi terbaik di Institusi pendidikan yang tidak
diketahui tersebut.
Berikut penggalan isi pidato yang disampaikannya :
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
![]() |
| youtube : Valedictorian Speaks Out Against Schooling |
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”
Dia mulai ketakutan, dan, yapp, saya juga ketakutan. Apa yang saya takutkan, mencoba menghayati kembali alasan ketakutan yang saya raasakan pasca lihat video Pidaito tersebut.
Saya membayangkan beberapa Bulan lagi adalah saatnya saya bekerja di dunia nyata. Bukan cuma menyelesaikan Tugas2 Soal studi kasus paper dan Deadline yang notabene selama saya kuliah waktu saya dihabiskan untuk mengerjakan dan menyelesaikan apa apa yang ditugaskan. sedikit sekali waktu saya untuk melakukan pengembangan diri.
Bagaimana dengan anda... ?


No comments:
Post a Comment